Rabu, 17 Juli 2019

Sejarah Desa Alas Rajah


           Alas Rajah adalah salah satu desa yang berlokasi di kecamatan Blega kabupaten Bangkalan. Penamaan Alas Rajah sendiri menurut sesepuh desa memiliki makna kata Alas yang berarti Hutan dan Rajah yang berarti luas/besar. Jadi penamaan desa Alas Rajah didasari oleh kondisi luas desa yang sangat besar dan dipenuhi hutan – hutan yang lebat, yang konon belum pernah dihuni manusia.
           Asal mula adanya desa Alas Rajah diawali oleh kisah pendatang yang bernama Kiyai Sorop (Sarip) yang berasal dari desa Banda Soleh, kecamatan Kokop, kabupatem Bangkalan yang merupakan putra dari Bhujuk Banda Soleh (Sayyis Ahmad). Kiyai Sorop keluar dari desanya dengan tujuan untuk menemukan jadi dirinya.
           Perjalanannya mencari jati dirinya beliau (Kiyai Sorop) bertemu dengan seorang guru yang lebih dikenal oleh masyarakat desa Morkoneng dengan sebutan Buhjuk Lembung. Beliau memiliki istri yang bernama Nyai Aminah.
           Dalam kesehariannya untuk berguru kepada Buhjuk Lembung, pengabdian Kiyai Sorop tidak seperti kebiasaan pengabdian seorang murid kepada guru, akan tetapi lebih kepada kegiatan untuk memenuhi segala kebutuhan Buhjuk Lembung.
           Suatu ketika Nyai Aminah istri Buhjuk Lembung, memberikan ujian kepada muridnya untuk mencari sebuah cincin yang hilang. Barang siapa yang bisa menemukannya akan ditugaskan ke suatu tempat dan yang berhasil menemukan cincinya adalah Kiyai Sorop, dan akhirnya Kiyai Sorop ditugaskan untuk menempuh perjalanan menuju suatu tempat dengan dibarengi dengan sepucuk surat dari Buhjuk Lembung kepada Bhujuk Kajhen Metoah yang merupakan anak dari Buhjuk Lembhung di desa Kajhen.
           Sesampainya Kiyai Sorop bertemu dengan Buhjuk Kajhen, surat itu pun dibuka oleh Buhjuk Kahjen dan isi tulisan tersebut adalah “Jika punya anak permpuan, jadikanlah menatu seorang pemuda yang datang kepadamu, dia adalah pemuda yang baik – baik yang sudah kupilih.”
           Menanggapi surat dari Buhjuk Lembung, Buhjuk Kahjen memberitahukan kepada menantunya, yakni Buhjuk Angsokah yang memiliki anak gadis yang masih berusia 6 tahun. Kemudian Buhjuk Angsokah mengiyakan dengan syarat Kiyai Sorop harus mengembalakan 2 kambing kea rah utara sembari menunggu anak perempuannya sudah siap umur.
           Setelah berjalan 12 tahun, saat musim kemarau panjang, Buhjuk Angsokah kembali ingat bahwa dia memiliki seorang menantu yang sedang mengembala kambing ke arah utara. Kemudian Buhjuk Angsokah memeriintahkan kepada seluruh warga untuk mencari Kiyai Sorop dengan cara membakar alas tersebut, dan ketika ada sebuah pohon yang tidak terbakar maka di situ Kiyai Sorop berada.
           Dan benar adanya terdapat sebuah pohon yang tidak terbakar, ketika dilihat ternyata disitu ada Kiyai Sorop, akan tetapi Kiyai Sorop sedang dalam keadaan bertapa dan dibungkus akar sulur hingga yang terlihat hanya dua jarinya saja. Setelah akar sulur dihilangkan namun Kiyai Sorop masih belum juga terbangun, akhirnya Buhjuk Angsokah memerintahkan warga untuk mengipaskan aroma Ketan yang sudah ditanak (tanpa ditambahi garam) didekat hidung Kiyai Sorop, sketika itu Kiyai Sorop terbangun dan diperkenankan untuk memperistri putri dari Buhjuk Angsokah.
           Letak pohon untuk tempat mengembala sekaligus bertapa berada di daerah Toronan (daerah ujung Alas yang besar). Pada saat itu, kesaktian Kiyai Sorop dikenal oleh masyarakat dan warga menyebutnya dengan nama Buhjuk Toronan, karena Kiyai Sorop ditemukan dibawah pohon kelapa/nyiur di daerah turunan.
           Buhjuk Toronan mendirikan sebuah rumah di daerah  bernama Dusun Toronan atas hadiah dari Raja Bangkalan dan dikaruniahi banyak anak, namun yang bisa diketahui ada 2 yaitu Buhjuk Ja’far dan Buhjuk Lathif. Buhjuk Ja’far kemudian diambil menantu oleh Raja Bangkalan dan istri beliau bernama Sriwati. Sepeninggal Buhjuk Toronan, rumah di Toronan kemudian dipindahkan ke dusun Lajhing Barat oleh Buhjuk Ja’far yang selanjutnya menjadi pusat pembelajaran masyarakat Alas Rajah dan membangun masjid di sebelah rumah.
           Berawal dari kisah Buhjuk toronan inilah awal mula terbentuknya desa alas rajah yang mulai dihuni manusia.

0 komentar:

Posting Komentar