Tusuk
sate atau biasa di sebut Sojjhin sate oleh masyarakat Madura, keberadaannya
amat diperlukan di dunia kuliner. Seiring dengan beraneka ragamnya jenis
jajanan, permintaan tusuk sate di pasaran juga beraneka ukuran. Proses pembuatan
tusuk sate tidak rumit dan tidak membutuhkan pendidikan tinggi. Hanya memerlukan
keahlian dan pengetahuan tentang seni mengolah bambu.
Desa Alas Rajah merupakan salah satu desa di
kecamatan Blega yang memproduksi tusuk sate yang sudah cukup lama. Pengrajin
tusuk sate di Desa Alas Rajah berjumlah 2 orang salah satunya bapak Jauhari.
Beliau, bertempat tingga di dusun Lajhing Timur, Blega, Bangkalan. Usaha tususk
sate sudah ditekuninya selama 4 tahun, mulai tahun 2016 hingga sekarang dengan
bermodalkan uang 45 ribu. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan tusuk sate
adalah bambu, namun biasanya pengrajin menggunakan bambu berduri. Bambu yang
berukuran normal biasanya dapat untuk membuat tusuk sate sebanyak 500 Kg.
Pembuatan tusuk sate melalui beberapa proses mulai dari pemotongan pohon bambu,
pemotongan sesuai ukuran biasanya 22 – 24 cm, pembilahan bambu kasar,
pembulatan, penghalusan sampai dengan peruncingan. Proses tersebut mulai dari
penggunaan alat manual sampai penggunaan mesin.
Awalnya
bapak jauhari mempunyai 3 alat untuk memproduksi tusuk sate yaitu untuk
menghaluskan dan juga meruncingi bambu, namun karna kurangnya tenaga kerja dan
banyak nya permintaan dari konsumen 1 alat diberikan kepada kepada teman untuk
di kelola.
Pemasaran
tusuk sate dari Desa Alas Rajah sudah sampai luar daerah sampai ke Daerah Bali
dan Jakarta. Permintaan kosumen juga bermacam-macam mulai dari ukuran tusuk
sate sampai dengan ukuran pembelian yaitu secara Kilo-an (per-kilo) dan juga
Ribu-an, dengan harga yang berbeda pula. Ukurang tusuk sate yang diproduksi
juga berbeda yaitu ukuran 19, 23 dan 24 cm. Produksi tusuk sate setiap minggu bisa
mencapai 100 Kg karena memang permintaan konsumen yang cukup banyak sekitar 500
Kg per bulan, namun karna terkendala minimnya alat yang digunakan untuk
pembuatan tusuk sate masih belum bisa mencukupi permintaan konsumen. Selain
membuat sendiri Bapak Jauhari juga menjadi tengkulak tusuk sate dari desa
sekitar Alas Rajah, karna untuk memenuhi permintaan konsumen dan itu masih
belum bisa menmenuhi permintaan. Pengrajin sangat mengharapkan ada bantuan dari
pemerintah khususnya Desa Alas Rajah untuk menambah mesin pembuat tusuk sate.
Pengembangan
tusuk sate tidak bisa berjalan karna memang dari pengrajin masih kekurangan dan
terkendala mesin produksi. Pengembangan yang ingin dilakukan awalnya yaitu
memberikan variasi ukuran, namun karena memang produksi tusuk sate hanya
beroperasi apabila ada permintaan konsumen dan ukuran tusuk sate yang
diinginkan konsumen tidak bermacam- macam. Maka dari itu pengembangan tusuk
sate tidak bisa dilaksanakan, hanya dapat membantu pembuatan tusuk sate.
0 komentar:
Posting Komentar